Cegah Stunting Sejak Dini untuk Memaksimalkan Perkembangan Anak di Masa Depan

  • Jul 23, 2024
  • Farzana Fayyaza
  • KESEHATAN

MALANG, FBD Jantra 53 – Stunting merupakan salah satu permasalahan perkembangan anak yang masih sering dijumpai di Indonesia. Menurut Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, dengan mengacu pada data terbaru Kementerian Kesehatan, angka stunting di Indonesia pada tahun 2023 menyentuh angka 21,5 persen. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki prevalensi stunting tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya juga dengan total 88 negara di dunia yang memiliki permasalahan yang sama. 

Stunting secara garis besar dapat dipahami sebagai kondisi dimana pertumbuhan dan perkembangan berat juga tinggi badan balita mengalami perlambatan akibat kekurangan gizi. Ada beberapa penyebab langsung dan tidak langsung yang melatarbelakangi terjadinya stunting pada anak. 

Utamanya penyebab langsung stunting bagi kebanyakan anak di Indonesia adalah rendahnya asupan nutrisi yang diterima dan terdampak pada penyakit berulang atau infeksi. Protein merupakan salah satu zat gizi yang sangat penting diberikan dalam masa pertumbuhan anak, sebab protein memegang peranan penting dalam proses metabolisme dan pembentukan sel. Dengan kurangnya asupan protein dan macam zat gizi lainnya, maka risiko kemungkinan terkena penyakit infeksi akan lebih besar. Tentu hal ini berdampak pada turunnya nafsu makan dan gangguan dalam saluran pencernaan, sehingga proses penyerapan zat gizi tidak optimal. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang tertunda dan tidak eksklusif juga berpengaruh pada kurangnya gizi yang didapat oleh anak. Pemberian ASI tidak eksklusif artinya bayi tidak hanya diberi ASI, tapi juga diberi makanan atau minuman lain sebelum usia enam bulan. Jadi misalnya, selain ASI, bayi juga diberi susu formula, air putih, jus, atau makanan padat lainnya. 

Sementara itu, ada beberapa penyebab tidak langsung yang mendorong terjadinya stunting. Pertama-tama, kondisi kesehatan ibu sangat penting untuk diperhatikan, seperti halnya usia ibu saat hamil, kesiapan fisik juga mental, dan tentunya gizi juga nutrisi yang diperoleh sang ibu. Dengan didukung oleh faktor budaya seperti halnya pendidikan, kondisi ini menjadi tantangan dalam mengubah persepsi masyarakat terhadap stunting itu sendiri. Pendidikan orangtua, utamanya sang ibu, merupakan hal penting sebab berkorelasi terhadap pola asuh yang akan diterapkan ibu pada anaknya. Minimnya informasi atau pengetahuan sang ibu terhadap bagaimana cara mengasihi dan memberi makan anak yang baik dan benar akan sangat berpengaruh pada jenis gaya hidup yang akan dijalankan oleh keduanya. Apabila hal tersebut terjadi, maka dampak yang terlihat langsung ada pada kesehatan dan kecerdasan anak. Ditambah lagi, ketersediaan pangan yang tidak menentu mau tidak mau mendorong sang ibu untuk mencari alternatif pemberian makanan lain yang dimana kadar gizi dan nutrisi nya tidak seimbang, bahkan belum cukup untuk memenuhi perkembangan sang anak. 

Selain itu, pihak eksternal seperti pemerintah yang tidak bisa menyediakan sarana prasarana, infrastruktur, layanan air, juga sanitasi yang memadai turut berkontribusi pada tingginya angka stunting di Indonesia. Masyarakat sulit mengakses layanan yang menunjang kesehatan mereka, sehingga banyak yang terjebak dalam siklus kemiskinan dan kurang gizi. Infrastruktur yang tidak merata juga menyulitkan distribusi pangan bergizi ke berbagai daerah, sehingga banyak orang tua yang tidak bisa memberikan asupan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan optimal anaknya.

Upaya untuk mengatasi stunting sebenarnya telah lama menjadi perhatian utama pemerintah, namun implementasinya masih kurang dilaksanakan secara optimal. Oleh karenanya, ada lho hal-hal kecil dengan dampak besar yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk membantu mencegah stunting pada anak.

Sesederhana dengan mengedukasi diri dan orang-orang di sekitar untuk meningkatkan kesadaran akan penyebab dari stunting, diharapkan dari sinilah banyak orang tua lebih memahami pentingnya pola makan dengan gizi seimbang dan praktik kebersihan yang baik untuk mengambil langkah-langkah preventif mencegah stunting. Dengan peningkatan kesadaran dan pengetahuan, masyarakat dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam upaya mengurangi angka stunting di Indonesia. (fay)

 

Penyunting: Laura Margaretha

Dokumentasi: Media and Production FBD Jantra 53